Zainuddin Fatbang: Kepala Pemerintahan Perempuan Nan Bijaksana

OPINI, iaimsinjai.ac.id—Dalam Kitab Suci Al-Qur’an ada tertulis informasi yang sangat berharga tentang seorang perempuan yang memerintah dan di anugrahi segala sesuatu, serta memiliki singgasana yang besar” ( An-naml/27:23).

Namanya Ratu Balqis, memerintah di negeri Saba, Negeri Saba ini juga menarik untuk jadi bahan studi karena ia menjadi salah satu nama surah dalam Kitab Suci Al-Qur’an, Yaitu Surah yang ke 34.

Beliau sukses memerintah Negaranya karena ia sangat bijaksana, pertama mementingkan musyawarah, kedua dipercaya penuh oleh Rakyatnya, ketiga cinta damai, keempat menguji orang lain sebelum orang lain mengambil kesimpulan, kelima memiliki ilmu yang luas, keenam bersedia menerima kebenaran, ketujuh memakmurkan rakyatnya.

  • Mementingkan Musyawarah

Ketika Ratu Balqis menerima sepuluh surat dari Sulaiman yang mulanya bernada lembut tetapi bercampur nada ancaman, ia tidak bereaksi secara berlebihan, ia tidak emosi dan merasa terhina. Ia tetap bersikap tenang, ia mengundang semua pembesar-pembesar lalu berkata “Wahai para pembesar, sesungguhnya telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia, sesungguhnya surat itu dari Sulaiman yang isinya, dengan nama Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang, janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”. 

Dia berkata “ Wahai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam perkara (ini). Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu hadir dalam majelis (27 : 29 -32 ). Lihatlah betapa bijaksananya beliau didalam proses pengambilan keputusan penting.

Diajaknya para pembesar ikut berpartisipasi mengambil dalam suatu majelis untuk bermusyawarah. Sebaik-baik hasil pikiran sendiri tentu lebih baik hasil keputusan bersama berlandaskan musyawarah dalam mufakat.

  • Dipercaya Oleh Rakyat

Dapat dibayangkan betapa marah dan tersinggungnya para pembesar-pembesar itu mendengar perintah Negara lain agar pemimpinnya tidak berlaku sombong dan diminta untuk datang sebagai orang yang berserah diri. Ini dapat kita baca dari jawaban mereka “ Kita memiliki kekuatan dan keberanian yang luar biasa ( untuk berperang/27 : 33 ). Andai kata diadakan voting/pemungutan suara, tentu hasilnya lebih banyak yang siap perang untuk membela pemimpinnya dan untuk menegakkan kehormatan Bangsa dan Negaranya.

Yang tidak mau ikut berperang akan dianggap sebagai penakut dan pengecut, untunglah mereka sangat percaya pada pemimpinnya, mereka mengandalkan kebijaksanaan pemimpinnya, walaupun ia seorang perempuan. Ini terbukti dengan penampakan mereka-mereka yang mengejutkan “Tetapi keputusan berada ditangan mu, maka pertimbangkanlah apa yang engkau perintahkan ( 37 : 33 ) Sami’na Wa Ata’na, kami dengar dan kami taat, ini karakter warga Negara yang baik, ia tidak mudah larut dalam perdebatan yang hanya menguras waktu, tenaga dan pikiran, memaksakan bahwa perdebatan yang dilandasi oleh egoisme akan menghasilkan perpecahan dan perpecahan akan menghasilkan kelemahan perserikatan, dan kelemahan persekutuan pada akhirnya akan berakibat kekalahan Bangsa dan Negara disemua selekta kehidupan.

Para pemimpin yang bijak tentulah tidak akan mengambil keputusan secara tergesa-gesa. Dalam ilmu pengambilan keputusan, memang ada beberapa situasi kita tidak dianjurkan untuk mengambil keputusan yaitu pada saat marah atau emosi, pada saat terlalu kenyang dan pada saat lapar. Mengambil keputusan pada situasi tersebut sangat berbahaya, biasa menimbulkan penyesalan dan kerugian besar. Kata pepatah pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna. Apalagi bila nasi sudah jadi bubur.

  • Cinta Damai

Salah satu ciri kepala Pemerintah yang baik adalah cinta damai. Ia tidak mau menyeret Bangsanya dalam situasi yang sulit dan menakutkan, kadang-kadang harus mengalah untuk menghindari kerugian dan kehancuran yang jauh lebih besar bahkan tidak dapat diprediksi. Kadang-kadang kita harus tunduk untuk menanduk, kadang-kadang harus menunduk dulu untuk mengambil ancang-ancang agar dapat meloncat lebih jauh kedepan, tidak apa-apa kita kalah dalam sebuah pertempuran tapi menang dalam peperangan, pertempuran itu jangka pendek, mundur dalam pertempuran untuk mengatur nafas dan siasat jauh lebih baik dari pada bertempur habis-habisan dan tidak punya kinerja untuk menang secara terhormat dikemudian hari. Inilah yang diperhitungkan oleh Ratu Balqis, sehingga berkata sesungguhnya raja-raja apabila menaklukkan suatu negeri, tentu akan membinasakannya dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina dan demikian yang akan mereka perbuat.

  • Menguji dan Meneliti

Sebelum ratu Balqis mengambil keputusan apabila ia di atas memerintah rakyatnya menerima atau menolak ajakan Sulaiman, ia terlebih dahulu menguji apakah tawaran itu bertolak belakang nafsu untuk memperlakukan daerah kekuasaannya atau berlatar kepentingan ekonomi, atau karena keinginan yang baik untuk bersama-sama menuju kepada kebaikan dan kerja sama yang saling menguntungkan, maka ia pun mempunyai alasan dengan persiapan dan perencanaan yang mantap. Dan sungguh aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan membawa hadiah, dan aku akan menanggung apa yang akan dibawa kembali oleh para utusan itu (27:35).

Ia menganalisa cara penerimaan utusannya dan kata-kata yang diucapkan oleh Sulaiman. Hal itu tertulis dalam ayat suci al-Qur’an sebagai berikut :

“Maka ketika para utusan itu sampai kepada Sulaiman dia berkata “ apakah kamu akan memberi harta kepadaku ? Apa yang Allah berikan kepadaku lebih baik daripada apa yang Allah berikan kepadamu, tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu. Kembalilah kepada mereka ! sungguh kami pasti akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak mampu melawannya dan akan kami usir mereka dari negeri itu secara terhina dan mereka akan menjadi tawanan yang hina dina (27:36-37).

Dari ujian dan penelitian ini Ratu Balqis berkesimpulan, ini bukan masalah perluasan kekuasaan dan ekonomi, tetapi Sulaiman mengingatkan agar ia dan rakyatnya mendapat petunjuk dan rahmat Tuhan yang lebih baik seperti yang diperolehnya sendiri, Sulaiman ingin berbagi ilmu yang baik dan benar, iapun merasa lega dan siap memenuhi permintaan sulaiman.

  • Memiliki ilmu yang luas

Ratu Balqis berhasil memimpin Negaranya dan menyalamatkan Rakyatnya karena ia memiliki ilmu pengetahuan yang mendetail tentang situasi dalam Negerinya dan perkembangan global. Sebelum sesuatu terjadi, ia sudah mengantisispasi sehingga ia terhindar dari Cultural Lag atau keterkejutan budaya. Maka ketika Balqis dating, ditanyakanlah kepadanya “ Serupa inikah singgasana mu ? dia menjawab seakan-akan itulah dia, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri ( kepada Allah ) ( 27 : 42 ).Dengan kata-kata kami telah diberi pengetahuan sebelumnya berarti ia memiliki informasi yang akurat.

  • Besedia mengakui Kelemahan

Setelah ia belajar dan diberi petunjuk-petunjuk yang mengandung bukti kebenaran dari Sulaeman, ia pun berkata “Ya Tuhanku, sungguh aku telah berbuat zalim terhadap diriku, aku berserah diri bersama Sulaeman kepada Allah, Tuhan seluruh Alam (27:44), karena sebelumnya ternyata banyak banyak melakukan keselahan yang tidak disadari.

Ia sangat terkesan dengan teknologi supercepat yang dimiliki oleh Sulaeman dengan segala kehebatan dan kekayaanya, tetapi tetap rendah hati dengan kata-katanya. “ ini termasuk kemuliaan Tuhanku, unutk mengujiku apakah aku bersyukur atau menyianyiakan nikmatNya. Barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur kebenaran dirinya sendiri dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha kaya, Maha Mulia (27:40).

  • Memakmurkan Rakyatnya

Karena kebijakan Ratu Balqis , termasuk dalam menegakkan keadilan dan kebenaran maka negaranya pun menjadi Negara yang baik sedangkan Tuhan yang disembahnya adalah Tuhan yang Maha Pengampun (Baldatun Toyyibatun Warabun Gafur). Hal ini diabadikan adalam Surah Saba/34:15.

“Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda kebesaran Tuhan dikediaman mereka yaitu dua buah kebun disebelah kanan dan disebelah kiri, kepada mereka dikatakan” makanlah oleh mu dari rezeki yang dianugerahkan TuhanMu dan bersyukurlah kepadaNya! Negerimu adalah Negeri yang baik (nyaman) sedang Tuhan mu adalah Tuhan yang Maha Pengampun.

Dari kutipan ayat suci Al Qur’an tersebut diatas dapatlah disampaikan bahwa perempuan dapat jadi pemimpin Negara yang baik karena memiliki sifat dengan sifat dasar ingin memberi pelayanan yang baik, melindungi, merawat dengan kelembutan dan penuh kasih sayang, selalu berdo’a untuk kebaikan anak-anaknya, suami dan untuk Negaranya; perempuan adalah Ibu kita yang wajib dibantu, ditaati dan dimuliakan sebagai penghargaan atas segala kebaikan dan pengorbanannya untuk kita semua.

Katakanlah , wahai Tuhan pemilik kekuasaan, engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang engkau kehendaki dan engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang engkau kehendaki, engkau muliakan siapa pun yang engkau kehendaki dan engkau hinakan siapa pun yang engkau kehendaki. Ditangan engkaulah segala kebajikan, sungguuh engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu ( Ali Imran/3 : 26 ) seperti itulah hendaknya dasar berfikir kita dan keyakinan kita wallahu ala bissalam

Penulis, Drs, H. Zainuddin Fatbang

Penasehat Lembaga Pusat Studi Gender, Anak, dan Moderasi Beragama

IAIM Sinjai.

Leave a Reply