Oleh, Sudirman P. Ketua LP2M IAIM Sinjai
Sebentar lagi kita akan kedatangan tamu mulia, tamu yang penuh berkah dan tamu yang selalu dinantikan kedatanganya diseluruh umat Islam di penjuru dunia. Sebagai manusia yang berbudaya dan beragama kita selalu menyambut tamu dengan penuh rasa bahagia dan gembiraan. Berbagai hal yang kita siapkan demi menyambut tamu tersebut. Ini semua dilakukan demi membuat tamu kita nyaman dan merasa bahagia dengan jamuan kita. Tamu yang saya maksud adalah tamu bulan suci ramadhan.
Ada sedikit rasa sedih membayangkan bulan suci Ramadhan dalam kondisi Covid 19. Barangkali Allah kali ini mau memberikan pada kita Ramadhan yang istimewah. Ramadhan yang sunyi senyap. Waktu yang tepat, selain untuk memperbaiki ibadah secara kualitas maupun kuantitas, juga menyediakan waktu yang cukup banyak untuk bersepi-sepi diri, merenung dan membersihkan hati, lebih konsentrasi dan lebih focus dalam menyambut bulan suci ramadhan.
Ramadhan-ramadhan sebelumnya disibukkan dengan berbagai kegiatan Ramadhan seperti safari Ramadhan, tarwih berjamaah, buka puasa bersama, sahur bersama dan lain sebagainya, yang itu pun merupakan ibadah. Ramadhan kali ini berbeda, Allah menggantinya dengan kegiatan yang sifatnya personal, Sifatnya al-taqarrub an-nafsiyah (kedekatan secara intim) dan tazkiyah an-nafs (penyucian jiwa) agar semakin tumbuh rasa ketenangan dalam jiwa manusia. Sehingga, jika nanti kegiatan ramadhan banyak yang berubah tidak sesuai rencana, itu lebih kepada sebagai hadiah, di mana Allah jadikan seluruh hari ramadhan besok sebagai hari i’tikaf untuk semakin banyak bermuhasabah diri dari kehidupan yang kita jalani.
Hal terpenting yang perlu kita sikapi dalam menyambut bulan suci ramadhan adalah Pertama, shalat tarwih dilakukan dirumah Allah yang lain yaitu rumah dijadikan masjid untuk sementara dan tidak perlu melakukan secara berjamaah dimesjid, musallah ataupun sejenisnya, termasuk kegiatan ramadhan yang lain (ceramah-ceramah, tadarrus berjamaah, itikaf dan kegiatan berjamaah lainya). Kedua, puasa ramadhan tetap dilakukan kecuali bagi orang yang sakit dan yang kondisi kekebalan tubuhnya tidak baik, dan wajib menggantinya sesuai dengan tuntutan syariat. Ketiga, untuk menjaga kekebalan tubuh, puasa ramadhan dapat ditinggalkan oleh tenaga kesehatan yang sedang bertugas dan menggantinya sesuai dengan tuntutan syariat.
Disisi lain paradox antara tuntutan iman dan tantangan realitas (wabah covid 19) akan semakin nyata akan kehidupan yang dilanda oleh krisis multidimensi seperti sekarang ini, dan tentu saja akan sulit dilewati masyarakat. Dalam menghadapi paradox antara tuntutan iman dan tantangan realitas wabah covid 19 tentu harus mampu menyingkapi dengan baik untuk tidak selalu berprasangka buruk kepada Allah. Memang kita dianjurkan untuk selalu dekat dengan Allah, shalat berjamaah di rumah Allah, akan tetapi Allah juga menganjurkan kepada kita untuk selalu berikhtiar dan berusaha mencegah wabah penyakit yang mengancam kita. Salah satu upaya pencegahan yang kita lakukan adalah untuk selalu menghindari keramaian, menjaga jarak kepada siapapun. Ini semua kita lakukan untuk bagaimana kemudian untuk tidak tertular atau menularkan penyakit Covid 19 yang cukup berbahaya ini.
Wabah covid 19 ini adalah sejenis penyakit yang tidak nampak secara jelas atau di istilalkan mirip dengan “doti” yang sangat sulit untuk menghindarinya, berbeda dengan marabaya yang lain, seperti anjing gila misalnya kelihatan secara jelas, maka kita mudah untuk menghindarinya. Olehnya itu pemerintah berupaya keras dan berjibaku untuk memutus mata rantai penyebaran virus covid 19 ini. Pemerintah tidak akan mampu melakukan ini kalau tidak ada kerja sama dan kesadaran masyarakat untuk mendengarkan dan menaati peraturan yang telah ditetapkan.
Menjelang memasuki bulan suci ramaddhan ini, sebagai seorang muslim hendaklah kita kembali kepada ajaran-ajaran agama kita, berdoa dan meminta perlindungan kepada Allah.Virus corona ini adalah makhluk sebagaimana makhluk-makhluk Allah lainnya, dan ia tidaklah bergerak kecuali atas perintah dan izin Allah ta’ala yang menciptakannya. Oleh karenanya, kita berlindung dari wabah ini kepada Allah sebelum kita berlindung kepada kemampuan diri kita sendiri atau kemampuan makhluk lainnya. Ingatlah bahwa Allah adalah sebaik-baiknya pelindung dan sebaik-baiknya penjaga. Allah berfirman:
(فَٱللَّهُ خَيۡرٌ حَٰفِظٗاۖ وَهُوَ أَرۡحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ)
“Maka Allah adalah sebaik-baiknya penjaga dan Dialah Maha Penyayang di antara para penyayang”. (QS Yusuf, Ayat 64).
Berlindung kepada Allah ini bisa dilakukan dengan senantiasa membaca doa-doa pelindung yang bersumber dari Al-Qur’an seperti surat Al-Falaq dan surat An-Nas ataupun dari doa-doa yang bersumber dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, seperti doa yang dianjurkan untuk dibaca di pagi dan petang hari:
(بِسمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهَ شَيءٌ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي السَمَاءِ وَهُوَ السَمِيعُ العَلِيم)
“Dengan nama Allah yang tidak membahayakan dengan namaNya segala sesuatu yang ada di langit dan bumi, dan Ia lah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Tentu kita semua tidak menginginkan ibadah-ibadah yang kita lakukan di bulan ramadhan ini, khususnya puasa menjadi sia-sia hanya karna wabah covid 19 ini. Untuk itulah latihan pengendalian diri harus kita lakukan, tetap bersabar, banyak melakukan zikir dan pikir, disertai tindakan yang kongkrit memperbanyak amal kebajikan. Semoga wabah covid 19 ini dapat berlalu sehingga kita memasuki bulan suci ramadhan ini dengan penuh ketenangan dan kebahagiaan.